Setelah sekian lama, kini aku merasakan sebuah
rasa yang selama ini tak pernah tergambarkan olehku. Hanya persepsi orang yang
aku dapati selama ini. Sebuah rasa yang ternyata penuh warna, rasa dimana semua
terlihat buta, rasa dimana semua terkesan indah namun seketika dapat menjadi
petaka.
Awalnya terbersit perasaan takut, ketakutan
yang tak terucap. Seperti seorang bayi mencoba untuk turun ke lantai, mencoba
langkah pertama untuk menapaki hidup. Seperti seorang pilot untuk pertama kalinya
menerbangkan pesawat beserta awaknya. Ketakutan yang ingin dijalankan,
begitulah keadaannya.
Seperti dalam kegelapan, kucoba meraba hatiku
sendiri, mencoba merasakan apa yang sebenarnya ada di dalam hati ini.
Seolah semua terasa gelap, dengan rasa takut
namun penuh harap, aku mencoba memasuki ruangan yang tak kukenali. Gelap,
benar-benar gelap semuanya, tak ada cahaya. Semua tak terlihat. Satu per satu
langkah kaki ini ku jalani meski kedua tangan ini tetap meraba keberbagai arah,
mencari sebuah benda atau apapun itu untuk kujadikan penyangga tubuh yang lemah
ini. Benar-benar kurasakan seperti seseorang yang buta. Ingin kuteriak, ingin
kumenangis, ingin ku berlari, tapi aku tak bisa. Seperti telah terkurung di
ruangan ini.
Sebuah kekuatan dalam diri ini memaksaku untuk
tetap berdiri dan melangkah maju. Perlahan kudapati sebuah benda, tapi aku tak
mampu melihatnya, karena gelap masih menerpaku. Entah seperti apa benda itu,
hanya bisa kuraba, hanya bisa kurasakan. Tapi, benda itu terasa belum berdiri
kokoh, benda itu masih terasa mudah goyah. Akupun tak berani mengambilnya, lama
aku terdiam, mencari tahu, membayangkan, merasakan dan menerka-nerka, apakah
benda itu, mampukan benda itu menolongku dalam gelap ini. Ribuan tanya muncul
dalam benak ini.
Langkahku terhenti pada titik itu, hanya untuk
mencari tahu apa sebenarnya benda itu. Makin lama, makin kurasakan benda itu,
makin membuatku penasaran. Oh Tuhan, apakah ini, selalu muncul tanya dalam
diriku. Jiwa ini merasa tak tenang, petakakah benda ini atau penolongkah? Detik-detik
ini terasa makin berjalan lambat, hanya untuk mencari tahu, hanya untuk bertanya-tanya, membuat waktu berjalan
lebih lambat.
Terasa begitu sangat lama, hingga perlahan
benda itu terasa makin keras, makin kuat, makin kokoh. Benda yang terasa tak
aneh lagi, mulai memunculkan cahaya, pelan dan pelan cahaya itu mampu menerangiku.
Membuat mataku perlahan mampu melihat meski masih sangat redup.
Masih ragu untukku membawa benda itu, masih
ragu untukku melangkah kembali. Tapi hati ini sudah lelah, lelah untuk terus
diam, lelah untuk menunggu. Kuputuskan untuk mengambil benda itu, redupnya
cahaya masih belum mampu membuatku melihat dengan jelas. Benda itu ternyata
lebih kuat dari yang kuduga, tak sekedar memunculkan cahaya, ia pun mampu
menyangga tubuhku yang semakin lemah ini.
Satu per satu warna muncul dari benda itu. Detik
demi detik benda itu mampu menopang tubuhku. Langkah demi langkah benda itu
mampu membawaku maju. Sungguh aneh, tapi perasaanku semakin tenang. Gelap sudah
mulai terang.
(**hingga akhir juni)