(Tugas Feature UAS Jurnalistik Media Cetak_12 Juli 2012_Dosen: P.Chusmeru)
Rumah yang tinggi dan luas, terlihat sederhana
namun tetap elegan membuat orang tak bosan untuk melihat dan melewatinya. Meski
berada di sebuah desa kecil di bawah kaki gunung slamet, rumah itu terlihat
tetap mempesona bagi seluruh warga desa tersebut. Terletak di desa Kemutug Lor
rt 03 rw 03 Kecamatan Baturraden, rumah yang paling menonjol diantara yang lain
dengan deretan bendera merah berlambangkan banteng itu berdiri kokoh dan selalu
ramai.
Di dalam rumah yang sederhana tersebut,
tergeletak kursi-kursi bambu yang indah dengan hiasan berbagai boneka hewan
seperti harimau, singa, ular, dan lain sebagainya yang menambah keindahan ruang
utama. Sosok yang gagah dan berwibawa menyambut kedatangan tamu yang datang.
Seorang tokoh yang patut dibanggakan dengan berbagai pengalaman dan kelebihan
yang beliau miliki.
Bapak Sardi, begitulah biasanya beliau
dipanggil. Seorang wakil ketua fraksi PDI Perjuangan dan juga merupakan Wakil
Komisi A DPRD Kabupaten Banyumas yang santun dan berhaja ini merupakan salah satu
tokoh politik di Kabupaten Banyumas. Perjalanan yang tak mudah telah beliau
lewati sebelum akhirnya masuk menjadi anggota DPRD.
Sebelum masuk menjadi anggota DPRD, Pak Sardi
merupakan pengurus partai PDI Perjuangan tingkat kecamatan. Melalui rapat pleno
ranting, yakni rapat pengurus partai politik di tingkat desa kemudian
dilanjutkan dengan tindak lanjut rapat pleno PAC yang dilanjutkan dengan
pengusulan melalui PAC Kecamatan Baturraden lalu ke tingkat kabupaten, provisi
dan akhirnya sampai di Jakarta. Mekanisme tersebut beliau lalu untuk menjadi
anggota DPRD periode 2004 sampai 2009. Itulah periode pertama beliau memasuki
wilayah DPR di Daerah Banyumas.
Pada tahun 2009, beliau diusulkan kembali untuk
menjabat di DPRD melalui mekanisme rapat pleno ranting kemudian dilanjutkan ke
kecamatan lalu ke DPC baru ke provinsi dan terakhir ke Jakarta. Setelah sampai
di Jakarta dan disahkan, barulah mengisi administrasi yang diperlukan untuk
menjadi anggota DPRD. Beliau ini merupakan anggota dewan yang berasal dari
daerah pemilihan III, yakni wilayah Cilongok, Baturraden, Kedungbanteng, Sumbang,
dan Karang Lewas.
Hampir dua periode, Pak Sardi dipercaya
melayani masyarakat. Untuk periode kedua ini, hanya tinggal dua tahun lagi.
Namun, ia tetap bisa mencalonkan diri sebagai anggota DPRD karena tak ada
batasan periode jabatan ataupun usia. Hanya saja, ketika sudah menjadi anggota
dewan, tidak diperkenankan untuk memiliki pekerjaan ganda, harus benar-benar
fokus dalam melayani masyarakat.
Sebelum menjadi anggota dewan, pria kelahiran
Banyumas, 10 Juni 1968 ini merupakan salah satu dosen di Universitas Jenderal
Soedirman. Beliau dipercaya untuk mengajar di Sastra Inggris dan Peternakan.
Keahliannya berbahasa inggris beliau matangkan saat menduduki bangku kuliah
dengan mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Universitas yang bernama SEF.
SEF merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa yang mendalami bahasa inggris. Di Sastra
Inggris, beliau dipercaya untuk mengajar bahasa pergaulan atau bahasa
sehari-hari dalam bahasa inggris.
Selain di Universitas Jenderal Soedirman,
beliau juga sempat mencicipi bangku kuliah di Universitas Wijaya Kusuma
Purwokerto di jurusan yang sama ketika beliau berada di Unsoed, yakni
peternakan yang membedakan hanya spesifikasi jurusannya saja. Beliau merupakan
sosok yang aktif berorganisasi, tak hanya saat di kampus. Sejak SMP, beliau
sudah merasakan bagaimana rasanya berorganisasi meski masih di tingkatan intern
sekolah. Saat SMA ia sudah mulai aktif diluar sekolah sebagai seorang aktivis
kepemudaan di Banyumas dan kepemudaan di tingkat desa. Hingga kini pun beliau
masih menjadi aktivis kepemudaan, yakni ketua HPI (Himpunan Pariwisata
Indonesia) tingkat Kabupaten dan Wakil Ketua HPI tingkat Provinsi.
Aktivitas beliau cukup padat, sebagai wakil
ketua fraksi PDI Perjuangan dan wakil ketua komisi A di DPRD, beliau
bertanggung jawab untuk menyalurkan aspirasi masyarakat. Komisi A yang bergerak
di dua belas sektor diantaranya hukum,
organisasi, kepegawaian, diklat, bapeda, lingkungan hidup, adm kependudukan,
dsb harus beliau tangani dengan baik.
Meskipun aktivitas yang padat, beliau tak
pernah lelah menyambut kedatangan warga yang berkunjung, dengan kumis tebal dan
paras bersahaja, beliau rela berdiskusi dengan santai, bahkan segelas teh manis
pun disuguhkan oleh istrinya. Suara kedua anak lelaki kecil yang bercanda tawa
membuat suasana wawancara menjadi nyaman dan menyenangkan. Perjalanan hidup
seorang Sardi Susanto, S.Pt memang patut dicontoh. Beliau sudah aktif
berorganisasi semenjak kecil hingga membuatnya menjadi seorang besar seperti
sekarang ini.
Dengan kerendahan hatinya, beliau mau berbagi
apapun yang masyarakat inginkan. Ketika saya menyebutnya sebagai seorang tokoh
politik, ia tertawa dan merasa hal itu terlalu tinggi karena disebut sebagai
tokoh. Akan tetapi, hal tersebut memanglah tepat disematkan kepadanya. Sesosok
tokoh dengan kesahajaannya memberikan kehangatan bagi semua lapisan masyarakat.
Tanpa diminta pun masyarakat akan menghormatinya dengan sikap yang ia tunjukan
pada orang lain.
Memang seorang yang
patut dibanggakan, beliau akan sangat merasa sedih, jika tidak dapat
menyampaikan aspirasi dari masyarakat. Ketika beliau tidak mampu
memperjuangkannya pun beliau akan sangat merasa sedih. Namun, dibalik itu
semua, dia merasa bangga bisa dipercaya masyarakat dan bisa berinteraksi dengan
berbagai lapisan masyarakat.